Buddhaksetra
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā

Go down

Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Empty Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā

Post by Admin Sun Apr 29, 2018 2:51 pm


Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Hum_large
HUM
Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā 260px-Gozanze_Myo_o
Namah Trailokya Vijaya Dharma Raja
(Terpujilah Sang Pemenang Tiga Dunia Sang Raja Dharma)


Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Arya%20Avalokitesvara
Arya Avalokitesvara Maha Bodhisattva

Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Padma%20Pundarika
Padma Kula

Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā

(Yang Suci Sutra Kendaraan Besar Yang Bernama Membuka Rahasia Kemutlakan Yang Mendalam)

Namah Sarva Buddha Bodhisattvebhyah
(Terpujilah Semua Buddha dan Bodhisattva)
Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Vajrapani
Bab I
Gambhirarthasamdhinirmocana Parivartah


Demikianlah telah kudengar, pada suatu ketika, sang Bhagavan sedang tinggal berdiam di tempat tinggal yang dihiasi dengan tujuh permata mulia yang bersinar cemerlang dan memancarkan cahaya yang besar menerangi semua alam dunia yang tidak terhitung. Wilayahnya yang tak terbatas terhiasi dengan cemerlang dan teratur dengan baik. Mandala yang tidak terintangi, itu tidak memiliki batas. Jumlahnya melampaui perhitungan, dan itu melampaui apa pun yang ditemukan di Tiga Dunia. Setelah muncul dari akar yang baik, tempat tinggal itu melampaui dunia ini. Itu ditandai dengan pembangunan kesadaran yang murni dari penguasaan yang sempurna. Itu adalah wilayah dari para Tathagata. Seperti awan, para Bodhisattva Mahasattva berkumpul bersama-sama di sana. Jumlah yang tidak terhitung dari para deva, naga, yaksa, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, mahluk bukan manusia, dan para makhluk yang serupa hadir. Rasa yang besar dari Dharma menyokong kesenangan dan kebahagiaan mereka dan menimbulkan semua manfaat untuk semua makhluk hidup. Itu telah menghancurkan yang merusak, kehendak yang kotor dari nafsu, dan itu jauh dari semua kekuatan jahat yang bertentangan. Melebihi semua penghiasan adalah tempat tinggal yang terhiasi dari sang Tathagata. Jalannya adalah pengolahan budidaya dari ingatan besar dan kebijaksanaan. Kendaraannya adalah ketenangan yang besar dan penglihatan. Pintu masuknya adalah pembebasan yang besar dari kekosongan, tiada tanda, dan tiada nafsu. Itu dihiasi dengan yang tak terbatas banyaknya kualitas-kualitas yang baik. Itu didirikan dengan jumlah banyak dari Maha-padma-raja (Raja bunga teratai besar).

Dalam istana besar itu, sang Bhagavan sepenuhnya memurnikan pemahaman, tidak muncul sebagai yang ganda. Dia masuk ke dalam 'Dharma (Ajaran Hukum)' yang tiada tanda. Dia tinggal berdiam di dalam tempat tinggal Buddha, mencapai kesetaraan semua Buddha, dan mencapai keadaan tanpa rintangan. Ajaran Dharma Yang Tidak Bisa Diubah yang Dia kemukakan adalah yang tanpa hambatan. Itu yang Dia dirikan adalah yang tidak terbayangkan. Melewati tiga kali lipat dalam kenyataan dari kesetaraan, tubuh-Nya muncul ke semua alam dunia. Kebijaksanaan-Nya tiada ketidakpastian dalam hal apa pun. Dia telah menyempurnakan Penerangan Sempurna-Nya yang besar di semua praktek. Kebijaksanaan-Nya tiada keraguan dalam hal apapun. Semua Tubuh yang Dia wujudkan tidak bisa dibedakan. Kebijaksanaan-Nya, yang juga dicari oleh semua Bodhisattva, telah mencapai tepi pantai kemenangan dari tempat tinggal Buddha yang tiada duanya. Kebijaksanaan yang menyatu dari pembebasan Tathagata adalah tentu yang terakhir. Dia telah mencapai kesetaraan Buddha-ksetra. Dia mencapai 'Dharmadhatu (alam kenyataan)'. Dia menyelesaikan ruang angkasa dan tidak akan pernah berakhir.

Dia didampingi oleh yang tidak terhitung banyaknya dari para Maha Sravaka, semuanya adalah anak-anak Buddha yang patuh. Pemikiran Mereka juga dibebaskan dengan baik. Pemahaman Mereka dibebaskan dengan baik. Disiplin Mereka dimurnikan dengan baik, dan Mereka telah menetapkan tujuan Mereka pada sukacita di dalam Dharma. Mereka telah mendengar banyak, dan mempertahankan dan mengumpulkan apa yang telah Mereka dengar. Mereka memikirkan pikiran yang baik, mengucapkan kata-kata yang baik, dan melakukan perbuatan yang baik. Kebijaksanaan Mereka adalah tangkas, cepat, tajam, penolakan duniawi, menembus, besar, luas, tiada bandingnya. Setelah menyempurnakan kebijaksanaan permata itu, Mereka diberkahi dengan tiga pengetahuan dari mengingat kehidupan lampau, mata dewa, dan pelenyapan kotoran. Mereka telah mencapai kebahagiaan dari keadaan tertinggi di dunia saat ini. Mereka tinggal berdiam di dalam lapangan kebajikan yang murni. Tingkah laku Mereka adalah tenang dan tiada yang tidak sempurna. Kesempurnaan dari kesabaran dan kelembutan Mereka adalah tanpa penurunan. Sudah baik, Mereka menghormati dan mempraktekkan Ajaran suci dari sang Tathagata.

Hadir juga yang tidak terhitung jumlahnya dari para Bodhisattva Mahasattva, berkumpul dari berbagai Buddha-ksetra. Mereka semua sepenuhnya terlibat dan tinggal berdiam di dalam Mahayana dan meninggalkan 'perputaran keberadaan (Samsāra)' melalui ajaran Mahayana. Pikiran Mereka mempertahankan kesetaraan terhadap semua makhluk. Mereka terbebas dari perbedaan waktu dari akhir waktu. Mereka telah mengalahkan semua kekuatan jahat yang bertentangan. Mereka jauh dari pemikiran semua Sravaka dan Pratyekabuddha. Mereka ditopang oleh sukacita dan kebahagiaan dari yang besar, rasa Dharma yang luas. Mereka telah bangkit melampaui lima jenis ketakutan dan telah pasti masuk kedalam keadaan yang tanpa kemunduran. Tampil di depan mereka, Mereka meredakan wilayah-wilayah yang tertindas yang menyiksa para makhluk hidup. Yang utama bernama 'Gambhirarthasamdhinirmocana (Membuka Rahasia Kemutlakan Yang Mendalam)' Bodhisattva Mahasattva,
'Vidhivatpariprcchaka (Bertanya Yang Mendalam)' Bodhisattva Mahasattva,
'Dharmodgata (Keturunan Ajaran Hukum)' Bodhisattva Mahasattva,  
'Suvisuddhimati (Kecerdasan Yang Termurnikan)' Bodhisattva Mahasattva,
'Visalamati (Kecerdasan Yang Luas)' Bodhisattva Mahasattva,
'Gunakara (Akar Kebajikan)' Bodhisattva Mahasattva,
'Paramarthasamudgata (Lahir Dari Kebenaran Tertinggi)' Bodhisattva Mahasattva,
Aryavalokitesvara Bodhisattva Mahasattva,
Maitreya Bodhisattva Mahasattva, dan Manjusri Bodhisattva Mahasattva.

Pada saat itu, Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva, di hadapan sang Buddha, dengan berkata : "Putra Jina, dikatakan bahwa semua 'hal (dharma)' adalah tiada duanya. Apakah arti dari semua hal? Dan mengapa mereka tiada duanya?"

Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menjawab Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, sehubungan dengan 'semua hal (sarvadharma)', semua hal adalah dari dua macam, yang berkondisi dan yang tidak berkondisi. Disini, 'hal yang berkondisi' adalah yang tidak berkondisi maupun yang tidak tanpa kondisi, dan 'hal yang tidak berkondisi' adalah yang tidak tanpa kondisi maupun yang tidak berkondisi."

Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra Jina, apa artinya dengan mengatakan bahwa 'hal yang berkondisi' adalah yang tidak berkondisi maupun yang tidak tanpa kondisi, atau 'hal yang tidak berkondisi' adalah yang tidak tanpa kondisi maupun yang tidak berkondisi? "

Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, istilah 'yang berkondisi' adalah kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika itu adalah kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama, maka itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan jika itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi, maka, dalam analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti demikian itu tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu, 'yang berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang tidak berkondisi' adalah juga diciptakan dari bahasa [dan juga tidak mengesahkan hal yang nyata].

"Selanjutnya, selain 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', ungkapan apapun lainnya yang ada dalam bahasa adalah sama. Tapi, itu mungkin ditolak, "apakah itu tidak benar bahwa tidak ada ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang sesuai]?" "Apa, kemudian, kenyataan yang ada di sini?" Saya akan menjawab bahwa itu adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa dan yang diwujudkan di dalam 'kebangkitan yang sempurna (samyak-sambodhi)' dari Arya melalui kebijaksanaan suci Mereka dan wawasan Mereka yang terpisah dari semua nama dan kata-kata. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka sementara membangun [ungkapan yang seperti demikian] seperti 'yang berkondisi' sebagai gambaran lisan.

"Putra yang baik, istilah 'yang tidak berkondisi' juga merupakan kata sementara yang diciptakan oleh Guru pertama. Sekarang, jika Guru pertama itu sementara menciptakan kata ini, maka itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi. Dan jika itu adalah ungkapan lisan yang ditangkap oleh imajinasi, maka, dalam analisis akhir, gambaran yang dibayangkan seperti demikian itu tidak mengesahkan hal yang nyata. Oleh karena itu, 'yang tidak berkondisi' tidak ada. Putra yang baik, istilah 'yang berkondisi' juga diciptakan dari bahasa [dan juga tidak mengesahkan hal yang nyata].

"Selain 'yang tidak berkondisi' dan 'yang berkondisi', ungkapan apapun lainnya yang ada dalam bahasa adalah sama. Tapi [beberapa mungkin menolak], "apakah itu tidak benar bahwa tidak ada ungkapan tanpa beberapa kenyataan [yang sesuai]?" "Lalu apa kenyataan itu yang ada di sini?" Saya akan menjawab bahwa itu adalah kenyataan yang terpisah dari bahasa dan yang diwujudkan di dalam kebangkitan yang sempurna dari Arya melalui kebijaksanaan suci Mereka dan wawasan Mereka yang terpisah dari semua nama dan kata-kata. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka sementara membangun [ungkapan yang seperti demikian] seperti 'yang tidak berkondisi' sebagai gambaran lisan.

Kemudian Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva kembali bertanya kepada Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra Jina, mengapa bahwa para Arya, yang dibebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan wawasan, mewujudkan kebangkitan yang sempurna dalam sifat alami dari kenyataan yang tidak terbayangkan itu, dan menginginkan untuk membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna, secara sementara membangun gambaran lisan, seperti 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'?"

Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva menyapa Vidhivatpariprcchaka Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Putra yang baik, orang bisa menyamakan pada para pesulap yang terampil atau murid-muridnya, yang mempersiapkan diri di persimpangan jalan, membuat benda-benda seperti 'ubin yang rusak', 'rumput', 'daun', 'potongan kayu', 'ranting', 'kerikil', dan 'batu' tampil menjadi hal-hal magis, [seperti] kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi. Beberapa orang, yang bodoh dan yang berakal lambat, yang berpemahaman salah dan tanpa kecerdasan, melihat dan mendengar hal-hal magis itu dan berpikir bahwa itu benar-benar adalah kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi. Mereka dengan gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang mereka sendiri telah lihat dan dengar, [berpikir] hanya itu yang benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. Itu hanya kemudian bahwa mereka terpaksa untuk mengubah pendapat mereka. Orang lain, yang tidak bodoh maupun yang tidak berakal lambat, yang berpemahaman yang baik dan memiliki kecerdasan, melihat dan mendengar hal-hal magis itu dan memahami bahwa apa yang mereka lihat adalah tidak benar-benar kawanan gajah, kuda, kereta, tentara, permata, mutiara, lapis-lazuli, kulit keong, kristal, karang, harta, biji-bijian, gudang, lumbung padi, tapi adalah tipuan magis yang membingungkan mata dan menyebabkan untuk menimbulkan gagasan dari kawanan gajah, gagasan imajinasi dari kawanan kuda, banyak gagasan imajinasi dari biji-bijian, gudang, atau ilusi magis lainnya. Mereka tidak gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah mereka lihat dan dengar. Dengan mereka, itu bukanlah perkara "hanya itu yang benar dan nyata dan segala sesuatu yang lain adalah palsu". Namun, dalam rangka untuk mengungkapkan objek [yang dilihat dan didengar], mereka juga mengikuti bahasa yang diterima. Setelah itu mereka tidak perlu mempertimbangkan kembali.

"Dalam cara seperti ini, beberapa makhluk hidup, yang bodoh dan duniawi, masih belum mencapai pemahaman yang melampaui dari para Arya dan tidak mampu mengenali bahwa di dalam segala hal kenyataan terpisah dari bahasa. Setelah mereka melihat dan mendengar tentang semua 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', mereka berpikir bahwa apa yang mereka telah pelajari adalah yang paling pasti benar-benar ada hal-hal 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi'. Mereka melekat pada ungkapan lisan yang disebabkan oleh apa yang mereka telah lihat dan dengar. Hanya itu yang benar dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. Tapi kemudian mereka harus mempertimbangkan kembali.

"Makhluk hidup lainnya, yang tidak bodoh, yang telah mendapatkan wawasan menuju kedalam kebenaran suci, yang telah mencapai wawasan yang melampaui dari Arya, benar-benar memahami bahwa dalam segala hal kenyataan terlepas dari bahasa. Setelah mereka melihat dan mendengar tentang hal yang berkondisi dan yang tidak berkondisi, mereka berpikir bahwa apa yang telah mereka pelajari adalah yang paling pasti tidak benar-benar ada hal-hal yang berkondisi dan yang tidak berkondisi. Sebaliknya itu adalah gambaran yang ditimbulkan dari imajinasi dan magis, membingungkan pemahaman pada yang mana yang menghasilkan gagasan tentang 'yang berkondisi' dan 'yang tidak berkondisi', gagasan tentang apakah itu 'ada' atau 'tidak'. Mereka tidak gigih melekat pada ungkapan lisan yang ditimbulkan dari apa yang telah mereka lihat dan dengar atau berpikir bahwa hanya [ungkapan itu] yang benar dan segala sesuatu yang lain adalah palsu. [Tapi,] untuk mengungkapkan makna yang mereka tahu, mereka mengikuti bahasa yang diterima. Setelah itu mereka tidak terpaksa untuk mempertimbangkan kembali. Dengan demikian, putra yang baik, para Arya, terbebaskan dari bahasa melalui kebijaksanaan suci dan wawasan Mereka dalam hal ini, mencapai kebangkitan yang sempurna bahwa kenyataan benar-benar terpisah dari bahasa. Itu adalah karena Mereka ingin membimbing orang lain untuk mewujudkan kebangkitan yang sempurna bahwa Mereka secara sementara membangun nama dan gagasan dan menyebut hal 'berkondisi' atau 'tidak berkondisi'."

Pada saat itu Gambhirarthasamdhinirmocana Bodhisattva Mahasattva mengucapkan syair-gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:

Pidato sang Buddha adalah terpisah dari bahasa dan yang tiada duanya.
Kedalamannya melampaui lingkup ketidak-tahuan.
Dalam kebingungan kebodohan mereka,
Para orang bodoh senang di dalam kegandaan dan mengandalkan rekayasa lisan.

Apakah tanpa pemahaman atau dengan pemahaman salah,
Mereka akan berputar di dalam penderitaan dari perpindahan selama waktu yang sangat lama.
Mereka tentu akan jauh dari wacana kebijaksanaan sejati
Dan pasti akan terlahir kembali sebagai sapi, domba, dan seterusnya.


Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Sakya_8b
Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Achala
Bab II
Dharmodgata Parivartah

Pada saat itu, Dharmodgata Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Buddha dengan berkata: "Bhagavan, pada jarak dari kawasan timur ini yang sebanding dengan jumlah butiran pasir dari tujuh puluh dua sungai Gangga, ada sistem dunia yang bernama Kirtimat, yang Buddhanya bernama 'Visalakirti (Kemasyhuran Besar)' Tathagata. Saya tinggal berdiam di sana sebelum Saya datang ke sini. Di dalam Buddha-ksetra itu Saya pernah melihat 77.000 bida tirthika bersama dengan guru mereka berkumpul di satu tempat untuk mempertimbangkan gambaran tanda-tanda dari makna tertinggi dari segala sesuatu. Tapi meskipun mereka berpikir, merenungkan, menyelidiki, dan benar-benar meneliti tanda-tanda dari makna tertinggi dari segala sesuatu ini, pada akhirnya mereka tidak dapat mencapai kesimpulan apapun. Mereka pergi tidak lebih dari untuk meniadakan tafsiran tertentu, menggambarkan dan mengubah tafsiran mereka sendiri. Mereka saling menentang satu sama lain dan berdebat keras. Mulut mereka memancarkan komentar berduri (yang menusuk hati), menuding, suka menyalahkan, marah, kejam, dan kemudian masing-masing pergi secara terpisah, Saya kemudian berpikir pada diri sendiri, 'Kemunculan dari Tathagata di dunia memang jarang terjadi. Tapi, dikarenakan oleh kemunculan-Nya, itu menjadi mungkin untuk memahami tanda-tanda dari makna tertinggi, yang melampaui bidang penalaran apapun.'"

Kemudian sang Bhagavan menyapa Dharmodgata Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, begitulah, itu adalah sama seperti yang Anda telah ungkapkan. Saya sempurna terbangkitkan pada tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi, yang melampaui penalaran apapun. Dengan menjadi SamyaksamBuddha, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, mengajar, dan menerangi [tanda-tanda itu] kepada orang lain. Mengapa Saya melakukan ini? Karena Saya telah memberitakan bahwa makna tertinggi dicapai di bagian dalam oleh setiap Arya, sementara penalaran dicapai dalam memberi dan menerima [diskusi bersama] antara orang awam duniawi. Dharmodgata, dari prinsip ini Anda harus memahami bahwa 'makna tertinggi' melampaui 'gambaran dari makna bernalar'. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya telah memberitakan bahwa makna tertinggi tidak bekerja melalui 'bentuk (rupa)', tapi fungsi dari penalaran adalah bergerak di dalam bidang rupa. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya memberitakan bahwa makna tertinggi adalah yang tak terbayangkan, tapi fungsi dari penalaran bergerak di dalam bidang bahasa. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya mengajarkan bahwa makna tertinggi memotong putus semua ungkapan, tapi fungsi dari penalaran bergerak di dalam bidang ungkapan. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar. Selanjutnya, Dharmodgata, Saya mengabarkan bahwa makna tertinggi memotong putus semua perdebatan, tetapi fungsi dari penalaran adalah bergerak di dalam bidang dari perdebatan tentang makna. Dari prinsip ini, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa makna tertinggi melampaui gambaran dari makna bernalar.

"Selain itu, Dharmodgata, Anda harus memahami bahwa itu adalah seperti orang yang seumur hidupnya sudah lama terbiasa pada rasa pedas dan rasa pahit. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai rasa yang bagus dari madu atau gula batu. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam mengidam [ingin ini atau ingin itu]. Dengan nafsu keinginannya yang membakar seperti api, ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Pelepasan Bagian Dalam Yang Bagus Yang Memotong Putus Gambar Dari Semua Objek Indera, Suara, Bau, Rasa, dan Sentuhan. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam kehalusan percakapan-percakapan duniawi. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Sukacita Di Bagian Dalam, Keheningan Yang Suci Dari Ketenangan. Itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam semua gagasan pikiran duniawi yang telah dia dengar, ungkap, dan pahami. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai Penghentian Akhir Yang Selamanya Memusnahkan 'Semua Gagasan Pikiran' Dan Menghancurkan 'Kepribadian'. Pahami, Dharmodgata, itu adalah seperti orang yang sudah sangat lama sekali menempatkan perhatiannya dan membawa kegembiraannya di dalam pertengkaran duniawi. Ia tidak akan mampu memahami, menilai, atau menghargai kenyataan bahwa di utara Kuru [di mana saya telah berkhotbah] tidak ada perselisihan pada unsur atau pada tiada diri. Dalam cara yang sama, Dharmodgata, penalaran adalah sepenuhnya tidak mampu memahami, menilai, atau menghargai tanda-tanda gambaran dari makna tertinggi, yang melampaui fungsi penalaran apapun. "

Pada saat itu, sang Bhagavan membacakan syair gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:

Lingkup bidang yang secara di bagian dalam terwujud tanpa gambaran
Tidak dapat dibicarakan dan memotong putus ungkapan.
Makna tertinggi, menghentikan untuk mengistirahatkan semua sengketa,
Melampaui semua tanda-tanda gambaran dari penalaran.


Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Star_mandala1

Bab III
Suvisuddhimati Parivartah


Pada saat itu Suvisuddhimati Bodhisattva Mahasattva menyapa sang Buddha dengan berkata:

"Itu adalah sangat hebat, Bhagavan, bahwa Saya telah mampu mendengar kata-kata ini dari Anda. Itu adalah tepat seperti yang telah Anda katakan, untuk tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi, menjadi yang halus dan yang mendalam, dapat dicirikan sebagai yang tidak sama dengan ataupun yang tidak berbeda dari segala sesuatu. Mereka memang sulit untuk dipahami. Bhagavan, Saya pernah melihat sebuah perkumpulan para Bodhisattva berkumpul bersama-sama dan duduk. Mereka berada di tahap dari yang sepenuhnya mengolah budidaya janji Mereka, dan semuanya sedang mempertimbangkan tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi, apakah itu yang sama dengan ataupun yang berbeda dari tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk. Beberapa dari para Bodhisattva ini mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' dan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk'. Yang lainnya mengatakan bahwa itu adalah tidak benar bahwa tidak ada perbedaan antara 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' dan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', tapi tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk. Namun para Bodhisattva yang lainnya, dalam keraguan dan kebingungan, mengatakan: "Bodhisattva mana yang berkata benar dan mana yang salah? Yang mana yang penalaran cerdas dan yang tidak cerdas?' Namun, apakah Mereka menyatakan bahwa tanda-tanda dari makna tertinggi adalah tidak berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk, atau bahwa tanda-tanda dari makna tertinggi adalah berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk, Saya, Bhagavan, berpikir pada diri Saya sendiri bahwa semua putra yang baik ini adalah bodoh dan lamban. Mereka tidak memiliki wawasan, dan, berperilaku buruk, tidak menalar dengan cerdas dalam hal kehalusan dan kedalaman dari kebenaran dari makna tertinggi, karena itu adalah melampaui yang dicirikan sebagai yang sama dengan ataupun yang berbeda dari keadaan-keadaan dari para mahkluk dan tidak bisa begitu dipahami. "

Kemudian sang Bhagavan menyapa Bodhisattva Suvisuddhimati Bodhisattva Mahasattva dengan berkata: "Anak yang baik, itu adalah tepat seperti yang Anda telah ungkapkan itu. Semua Anak yang baik itu memang bodoh dan lamban. Mereka tidak memiliki wawasan, dan, berperilaku buruk, tidak menalar dengan cerdas dalam hal kehalusan dan kedalaman dari kebenaran dari makna tertinggi, karena itu adalah melampaui yang dicirikan sebagai yang sama dengan ataupun yang berbeda dari keadaan-keadaan dari para mahkluk. Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah karena orang tidak dapat memahami tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi di dalam nama dengan melakukan latihan-latihan tersebut.

"Mengapa demikian, Suvisuddhimati? Itu adalah karena, jika 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama sekali tidak berbeda dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka pada saat ini semua mahluk awam duniawi akan telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran. Mereka semua tentu akan sudah mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi atau akan telah mencapai Samyaksambodhi. Tapi, [di sisi lain,] jika 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka mereka yang telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah menghapus gambar-gambar dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk'. Dan jika mereka belum menghapus gambar-gambar dari 'keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka mereka tidak akan telah mencapai pembebasan dari ketergantungan pada gambar-gambar itu. Dengan tidak terbebas dari gambar-gambar rupa itu, mereka tidak akan terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor mereka. Dengan tidak terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak akan telah dapat mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi atau Samyaksambodhi. Tapi, Suvisuddhimati, itu bukanlah kasus bahwa pada saat ini semua mahkluk awam duniawi telah memperoleh wawasan kedalam kebenaran, adalah sudah mampu mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi, atau telah mencapai Samyaksambodhi. Oleh karena itu, pendapat bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' tidak berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk' adalah tidak beralasan. Jika ada orang yang mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' tidak berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari penjelasan tadi ini, Anda harus memahami bahwa pendapat ini adalah tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan. Suvisuddhimati, juga bukan kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran belum mampu menghapus semua gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk, karena mereka tentu saja bisa menghapusnya. Itu bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari ketergantungan pada gambar-gambar rupa dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk, karena mereka tentu saja telah mampu untuk pembebasan tersebut. Itu bukanlah kasus bahwa mereka yang telah mendapatkan wawasan kedalam kebenaran tidak mampu terbebas dari ketergantungan pada kelemahan-kelemahan kotor, karena mereka tentu saja telah mampu untuk pembebasan tersebut. Justru karena mereka telah mampu untuk pembebasan dari dua hambatan ini bahwa mereka telah mampu untuk mencapai penghentian yang diam dari keterampilan tertinggi, dan untuk mencapai Samyaksambodhi. Oleh karena itu, pendapat bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk' adalah tidak beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', dari penjelasan tadi, Anda harus memahami bahwa pendapat ini adalah tidak cerdas ataupun tidak benar-benar beralasan.

"Lagi, Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' sama dengan 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka, sama seperti tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk adalah kotor, demikian juga tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi akan menjadi kotor. Suvisuddhimati, jika 'tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi' sepenuhnya berbeda dari 'tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk', maka tanda umum yang menggambarkan keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk tidak bisa disebut tanda dari kebenaran dari makna tertinggi. Tapi , Suvisuddhimati, 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' adalah tidak kotor, dan tanda umum dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk disebut tanda dari kebenaran dari makna tertinggi. Oleh karena itu, adalah tidak beralasan untuk mengatakan bahwa 'tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi' sama dengan 'tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari para mahkluk', atau bahwa mereka sepenuhnya berbeda satu sama lain. Dari penjelasan ini, Anda harus memahami bahwa orang yang berbicara untuk ciri khas tanda-tanda itu dan orang yang berbicara untuk perbedaannya yang sepenuhnya adalah yang tidak cerdas ataupun yang tidak beralasan.

"Lagi, Suvisuddhimati, jika tanda-tanda gambaran dari kebenaran tertinggi sama dengan tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk, maka, sama seperti tanda dari kebenaran dari makna tertinggi yang tidak dibedakan di dalam semua keadaan-keadaan yang berkondisi, demikian juga semua tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi itu akan tidak dibedakan. Kemudian orang-orang yang berlatih meditasi akan tidak perlu mencari makna tertinggi di dalam semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk yang mereka telah lihat, dengar, pahami, dan kenal. Di sisi lain, jika tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi sepenuhnya berbeda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, maka itu tidak akan benar bahwa semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk adalah hanya perwujudan dari ketiadaan diri, dari ketiadaan intisari. Tanda-tanda dari kebenaran tertinggi akan kemudian secara bersamaan diadakan menjadi ditandai dengan dua cara yang berbeda, satu dari kekotoran dan satu dari kemurnian. Tapi, Suvisuddhimati, tanda-tanda dari hal-hal yang berkondisi adalah tentu saja berbeda. Mereka yang berlatih meditasi melakukan pencarian untuk makna tertinggi di dalam keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk yang mereka telah lihat, dengar, pahami, dan kenal. Juga, semua keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahluk adalah tentu saja hanya perwujudan dari ketiadaan diri, ketiadaan intisari, dan mereka benar disebut 'tanda-tanda dari kebenaran tertinggi'. Adalah tidak benar bahwa itu secara bersamaan ditandai dengan dua cara, satu dari kekotoran dan satu dari kemurnian. Oleh karena itu, pendapat bahwa tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi sama dengan atau sepenuhnya berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk adalah tidak beralasan. Jika ada yang mengatakan bahwa tanda-tanda dari kebenaran dari makna tertinggi sama dengan atau sepenuhnya berbeda dari tanda-tanda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, dari penjelasan ini Anda harus memahami bahwa mereka adalah yang tidak cerdas dan yang tidak benar-benar beralasan.

"Itu adalah sama seperti pada warna putih segar dari kulit kerang, karena itu adalah tidak mudah memastikan apakah [warna itu] sama dengan atau berbeda dari kulit kerang. Warna kuning dari emas menunjukkan kasus yang serupa. Atau mempertimbangkan melodi dari suara gitar, karena itu adalah sulit untuk memastikan apakah suara itu sama dengan atau berbeda dari gitar. Atau mengambil aroma yang naik dari gaharu, karena itu adalah sulit untuk mengatakan apakah itu sama dengan atau berbeda dari gaharu. Atau mengambil rasa pahit dari merica, karena itu adalah sulit untuk mengetahui apakah itu sama dengan atau berbeda dari merica. Kasus yang sama adalah rasa hambar dari kacang arjuna. Itu adalah sama seperti kulit yang halus dari ngengat dan kelembutannya, karena itu adalah sulit untuk memastikan apakah tekstur yang halus sama dengan atau berbeda dari kelembutan. Atau mengambil cairan yang banyak di atas mentega rebus. Apakah itu sama dengan atau berbeda dari mentega rebus?

"Demikian juga, itu adalah sulit untuk mengatakan apakah ketidakkekalan sama dengan atau berbeda dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari makhluk, apakah penderitaan sama dengan atau berbeda dari keadaan-keadaan yang tidak murni dari pikiran, apakah ketiadaan diri dari kepribadian sama dengan atau berbeda dari segala sesuatu, apakah kegelisahan sama dengan atau berbeda dari ketamakan. Hal yang sama berlaku untuk kemarahan dan kebodohan pada ketamakan. Dengan demikian, Suvisuddhimati, tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi tidak dapat dikatakan sama dengan atau berbeda dari tanda-tanda gambaran dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk. Suvisuddhimati, Saya telah sempurna memahami tanda-tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi, yang tentu saja halus, yang tentu saja mendalam, yang tentu saja sulit untuk dipahami, yang melampaui semua gambaran sebagai yang sama dengan atau berbeda dari segala sesuatu. Setelah sempurna memahami, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, dan menerangkan demi orang lain. "

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair gatha ini untuk menegaskan maksud-Nya:

Tanda-tanda gambaran dari alam dari keadaan-keadaan yang berkondisi dari mahkluk dan dari makna tertinggi adalah terpisah dari yang digambarkan baik sebagai yang sama ataupun yang berbeda.
Jika orang membayangkannya menjadi baik 'yang sama' ataupun 'yang berbeda', dia bertindak tidak beralasan.
Dikarenakan oleh ketergantungan pada 'gambar rupa' dan 'kelemahan-kelemahan yang kotor', makhluk hidup harus tekun mengolah budidaya 'ketenangan yang sunyi' dan 'penglihatan',
Dan kemudian mereka akan dapat mencapai pembebasan.



Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā B-VD-001-2
Arya Vajrasattva

Ārya Gambhīra Samdhinirmocana Nama Mahayana Sūtra Tīkā Subhuti
Arya Subhuti
Bab IV
Subhuti Parivartah


Pada saat itu, sang Bhagavan menyapa Ayusman Subhuti dengan berkata: "Subhuti, di dalam dunia makhluk hidup, berapa banyak yang Anda tahu - yang menghargai kebanggaan mereka dan di dalam cara yang sombong menyatakan pemahaman mereka? Dan berapa banyak yang Anda tahu - yang menyatakan pemahaman mereka tanpa kebanggaan? "

Ayusman Subhuti menyapa sang Buddha dengan berkata: "Bhagavan, di dalam dunia makhluk hidup, Saya tahu beberapa orang yang menyatakan pemahaman mereka tanpa kebanggaan, tapi Saya tahu yang tak terhitung, para makhluk hidup yang tak terhingga yang menghargai kebanggaan mereka dan menyatakan pemahaman mereka dengan cara yang sombong. Bhagavan, saat Saya tinggal berdiam di sebuah kebun di hutan. Sejumlah besar Bhiksu tinggal dekat. Saya melihat mereka berkumpul setelah matahari terbit untuk membahas berbagai persoalan dan untuk mengusulkan pemahaman mereka, masing-masing sesuai dengan wawasannya.

"Beberapa mengusulkan pemahaman mereka tentang [kumpulan] Skandha, tanda-tanda gambaran dari Skandha, kemunculan Skandha, pengurasan Skandha, penghancuran Skandha, dan pencapaian dari penghancuran Skandha. Yang lainnya, di dalam cara yang sama, mengusulkan pemahaman mereka tentang [dua belas] landasan [dari kesadaran] dan Pratītyasamutpāda (kemunculan yang saling bergantungan), sementara yang lain mengusulkan pemahaman mereka tentang makanan, tanda-tanda gambaran dari makanan, kemunculan makanan, pengurasan makanan, penghancuran makanan, dan pencapaian dari penghancuran makanan. Masih yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang kebenaran, tanda-tanda gambaran dari kebenaran, kesadaran penuh dari kebenaran, pemutusan [yang dibawa oleh] kebenaran, pencapaian kebenaran, dan pengolahan budidaya kebenaran. Yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang unsur alam, tanda-tanda gambaran dari unsur alam, berbagai sifat alami dari unsur alam, jumlah banyak yang beragam dari unsur alam, penghancuran dari unsur alam, dan pencapaian dari penghancuran unsur alam. Yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang pemusatan ingatan, tanda-tanda gambaran dari pemusatan ingatan, keadaan-keadaan dari pemusatan ingatan yang mereka mampu kendalikan, pengolahan budidaya pemusatan ingatan, kemunculan pemusatan ingatan dari keadaan yang belum muncul, kepastian tidak lupa setelah timbul, dan peningkatan dari pemusatan ingatan dari praktek yang berulang. Pada saat yang sama, yang lainnya mengusulkan pemahaman mereka tentang pemutusan yang benar, dari kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor kebangkitan, sementara yang lainnya berbicara tentang delapan jalan Arya (Ārya 'stānga mārgah), tanda-tanda gambaran dari delapan jalan Arya, keadaan-keadaan yang mampu dikendalikan oleh delapan jalan Arya, kemunculannya dari keadaan yang belum muncul, kepastiannya untuk tidak bisa dilupakan setelah kemunculannya, dan peningkatannya dari praktek yang berulang.

"Bhagavan, ketika Saya melihat mereka, Saya berpikir bahwa semua orang-orang yang terhormat itu terlibat dalam menangani berbagai persoalan ini dan mengusulkan penafsiran mereka, masing-masing sesuai dengan wawasan yang telah dicapainya. Tapi, memperhatikan dengan baik, semua dari mereka menghargai kebanggaan mereka dan, karena mereka melekat pada kebanggaan itu, mereka tidak dapat memahami satu rasa semesta dari kebenaran dari makna tertinggi. Tapi Anda, Bhagavan, telah menjelaskan bahwa tanda gambaran dari kebenaran dari makna tertinggi adalah yang langka, tentu saja yang paling halus, yang paling mendalam, yang sulit untuk dipahami. Anda telah menjelaskan bahwa satu rasa semesta sulit untuk dipahami. Bhagavan, jika Bhiksu yang sedang berlatih merasa sulit untuk memahami satu rasa semesta dari kebenaran dari makna tertinggi ini di dalam ajaran suci ini, lalu akan bagaimana jauh lebih sulit lagi bagi para bida untuk memahaminya? "

Kemudian sang Bhagavan menyapa Subhuti dengan berkata: "Ini adalah begitulah, Subhuti, karena Saya telah terbangkitkan pada kebenaran dari makna tertinggi yang adalah dari satu rasa semesta, yang paling halus, yang paling mendalam, yang paling sulit untuk dimengerti. Setelah terbangkitkan, Saya menyatakan, memberitakan, menjelaskan, dan meneranginya demi kepentingan orang lain. Apa itu yang saya telah khotbahkan, Subhuti? Saya telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari pemahaman di dalam semua skandha adalah kebenaran dari makna tertinggi. Saya telah memberitakan bahwa muatan yang termurnikan dari pemahaman di dalam semua kemunculan yang saling ketergantungan, di dalam makanan, di dalam unsur alam, di dalam pemusatan ingatan, di dalam pemutusan yang benar, di dalam kemampuan gaib, di dalam faktor kebangkitan, dan di dalam faktor-faktor dari sang jalan adalah kebenaran dari makna tertinggi. Muatan yang termurnikan dari pemahaman ini ditandai sebagai yang dari Satu Rasa, Yang Tidak Dibedakan di dalam semua skandha, di dalam semua landasan, di dalam semua yang mereka bahas [tadi], karena itu adalah 'satu rasa' dan 'tidak dibedakan'. Ini adalah dari prinsip ini bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari Satu Rasa Semesta.

"Selanjutnya, Subhuti, setelah para Bhiksu yang sedang berlatih yang mengolah pemusatan itu telah memahami 'Tathatā (Kenyataan apa adanya yang sesungguhnya)' dari satu kelompok [pertanyaan], 'ketiadaan diri' dari ajaran tentang makna tertinggi, maka mereka tidak akan terlibat dalam menganalisis satu dari yang lain : kumpulan skandha, landasan, kemunculan yang saling ketergantungan, makanan, kebenaran, unsur alam, pemusatan ingatan, pemutusan yang benar, kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor-faktor kebangkitan, atau faktor-faktor sang Jalan. 'Ketiadaan diri' dari ajaran dari Tathatā dan makna tertinggi adalah berdasarkan pada kebijaksanaan yang tiada duanya dari Tathatā dan makna tertinggi. Mereka kemudian akan sampai ke kesadaran dan mencapai kebenaran dari makna tertinggi, yang adalah dari 'Satu Rasa Semesta'. Oleh karena itu, Subhuti, dari prinsip ini pahami bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari 'Satu Rasa Semesta'.

"Selanjutnya, Subhuti, jika, sama seperti semua skandha, sama seperti semua landasan, kemunculan yang saling ketergantungan, makanan, kebenaran, unsur alam, pemusatan ingatan, pemutusan yang benar, kemampuan gaib, alat indera, kekuatan, faktor-faktor kebangkitan, dan faktor-faktor sang Jalan, yang semuanya dijelaskan dengan membedakan satu dari yang lain; jika, sama seperti ini, 'Tathatā', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa Intisari' memiliki tanda-tanda gambaran yang membedakan satu dari yang lain, maka mereka ini akan muncul dari penyebab, mereka akan menjadi penyebab. Dan, jika mereka muncul dari penyebab, mereka akan diri mereka sendiri dikondisikan. Dan, jika berkondisi, mereka tidak akan menjadi makna tertinggi. Dan, jika mereka bukan makna tertinggi, maka orang akan sekali lagi harus mencari kebenaran dari makna tertinggi yang lain. Itu adalah karena 'Tathatā', 'Makna Tertinggi', dan 'Yang Tanpa Intisari Dari Semua Hal' tidak dikatakan menjadi penyebab, tidak muncul dari penyebab, dan tidak dikondisikan bahwa mereka adalah kebenaran dari makna tertinggi. Setelah orang mencapai makna tertinggi ini, tidak ada keperluan lagi untuk mencari makna tertinggi yang lain. Hanya itu yang kekal dan permanen, apakah sang Tathagata muncul di dunia atau tidak, karena di dalam segala hal Kenyataan didirikan, dharmadhatu tetap ada. Oleh karena itu, Subhuti, dari prinsip ini Anda harus memahami bahwa kebenaran dari makna tertinggi adalah dari 'satu rasa semesta'.

"Subhuti, di ruang angkasa kosong, ada perbedaan dalam beberapa bagian yang beragam dari warna, sementara [ruang angkasa itu sendiri] tetap tiada tanda, tidak dibedakan, dan tidak berubah oleh 'mereka (warna-warna itu)'. Melainkan ia mencakup semua tanda-tanda itu di dalam Satu Rasa-nya. Dalam cara yang sama, kebenaran dari makna tertinggi adalah di dalam 'semua hal (sarvadharma)', yang dari sifat alami yang berbeda dan memiliki tanda-tanda yang berbeda; dan ia mencakup semua tanda-tanda itu dengan Satu Rasa-nya ".

Kemudian sang Bhagavan mengucapkan syair Gatha ini untuk menegaskan arti-Nya :

Mencakup semua tanda-tanda dengan satu rasa,
Makna Tertinggi yang diajarkan oleh semua Buddha menjadi yang tidak dibedakan.
Jika orang akan membedakannya di dalam perbedaan-perbedaan itu,
Orang akan pasti tentu saja bodoh dan sombong.

Admin
Admin

Posts : 265
Join date : 2017-06-03

http://buddhaksetra.forumotion.asia

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum